Hingga sampailah pada peristiwa dahsyat tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004, yang melanda Samudera Hindia. Siapa sangka, peristiwa tsunami ini justru menjadi kunci bagi terbukanya gerbang misteri keberadaan Tujuh Pagoda ini.
"Seven Pagodas" atau Tujuh Pagoda telah menjadi julukan untuk kota di selatan India, Mahabalipuram, yang juga disebut Mamallapuram, sejak penjelajah Eropa pertama menginjakkan kaki di kota ini. Ungkapan "Tujuh Pagoda" mengacu pada mitos yang telah lama beredar di India sebelumnya, baru ke Eropa, dan bagian lain dari dunia selama lebih dari sebelas abad.
Sebuah candi yang bernama Shore Temple di Mahabalipuram, yang dibangun pada abad ke-8 di bawah pemerintahan Narasimhavarman II, berdiri di pantai Teluk Benggala. Legenda mengatakan bahwa enam candi lain pernah berdiri bersamanya. Keberadaan Shore Temple, candi yang lebih kecil dan Rathas hanya membuktikan bahwa daerah tersebut memiliki makna keagamaan yang kuat, tetapi ada sebuah bukti baru yaitu sebuah lukisan dari era Pallava yang menggambarkan sebuah komplek candi.
Ramaswami bahkan menulis secara eksplisit dibukunya tahun 1993 yang berjudul "Candi-Candi di India Selatan", bahwa "Tidak ada kota yang tenggelam di Mamallapuram. Julukan yang diberikan oleh orang Eropa , 'The Seven Pagodas” adalah irasional dan tidak dapat dipertanggungjawabkan".
Namun kemudian pada tahun 2002 para ilmuwan memutuskan untuk menjelajahi daerah lepas pantai Mahabalipuram, dimana banyak nelayan Tamil modern yang mengaku telah melihat sekilas reruntuhan di dasar laut. Proyek ini merupakan upaya bersama antara National Institute of Oceanography (NIO, India) dan Scientific Exploration Society, (Vora, Inggris). Kedua tim menemukan sisa-sisa dinding di kedalaman 5 sampai 8 meter, dan 500 sampai 700 meter dari pantai. Tata letak dinding tersebut mengisyaratkan bahwa mereka adalah dinding dari beberapa kuil. Para Arkeolog juga mengatakan bahwa dinding tersebut bertanggal kembali ke era Pallava, kira-kira saat Mahendravarman I dan Narasimharavarman I memerintah wilayah tersebut.
Para ilmuwan juga menambahkan bahwa di situs bawah air tersebut mungkin juga mengandung struktur tambahan serta artefak, dan layak untuk dieksplorasi lebih lanjut di masa depan.
Sesaat Sebelum Tsunami Terjadi
Sesaat sebelum tsunami 26 Desember 2004 melanda Samudera Hindia, termasuk Teluk Benggala, air laut di lepas pantai Mahabalipuram surut sekitar 500 meter. Banyak turis dan warga setempat yang menyaksikan peristiwa surutnya air laut ini, melihat barisan batu-batu besar yang panjang muncul dari dalam air.
Setelah tsunami itu pergi, batu-batu ini tertutup kembali oleh air. Namun, sedimen yang berabad-abad telah menutupinya kini telah pergi. Tsunami juga membuat beberapa perubahan garis pantai, yang menyebabkan beberapa patung dan struktur kecil yang sebelumnya terendam air, kini ditemukan di pantai.
Setelah Tsunami Berlalu
Kesaksian para saksi yang melihat semacam bangunan sesaat sebelum tsunami terjadi, kembali mendorong ketertarikan kalangan ilmiah terhadap situs ini. Mungkin temuan arkeologi paling terkenal setelah tsunami adalah patung batu singa besar, yang muncul di pantai karena perubahan garis pantai Mahabalipuram yang disebabkan oleh tsunami.
Patung singa ini ternyata berasal dari abad ke -7. Penduduk setempat dan wisatawan telah berbondong-bondong untuk melihat patung ini tak lama setelah tsunami berlalu.
Pada April 2005, Survei Arkeologi India (ASI) dan Angkatan Laut India mulai mencari di perairan lepas pantai Mahabalipuram dengan perahu, menggunakan teknologi sonar (Das). Mereka menemukan bahwa deretan batu-batu besar yang telah dilihat orang sesaat sebelum tsunami terjadi adalah bagian dari dinding setinggi 6 kaki dan panjangnya 70 meter.
ASI dan Angkatan Laut juga menemukan sisa-sisa dua candi terendam lain dan satu kuil gua dalam jarak 500 meter dari pantai. Meskipun temuan ini tidak atau belum begitu sesuai dengan mitos Tujuh Pagoda, setidaknya mereka menunjukkan bahwa sebuah kompleks besar kuil berada di Mahabalipuram. Ini membuat mitos yang selama ini beredar menjadi lebih dekat dengan realitas dan ada kemungkinan lebih banyak penemuan yang menunggu untuk ditemukan lagi.
Arkeolog ASI, Alok Tripathi mengatakan kepada The Times of India pada wawancara Februari 2005, bahwa eksplorasi sonar telah memetakan dinding dalam dan luar dari dua candi yang terendam.
Dia menjelaskan bahwa timnya belum bisa menunjukkan fungsi bangunan ini. A.K. Sharma dari Angkatan Laut India juga mengatakan kepada The Times of India bahwa tata letak struktur yang terendam ini terkait dengan Shore Temple dan struktur yang tidak terendam lainnya, dan juga cocok dengan lukisan era Pallava tentang komplek Tujuh Pagoda.
Arkeolog T. Satyamurthy dari ASI juga menyebutkan pentingnya temuan sebuah prasasti yang muncul di pantai setelah tsunami. Prasasti tersebut menyatakan bahwa Raja Krishna III telah membayar para penjaga api abadi di sebuah kuil tertentu. Para arkeolog mulai menggali di sekitar prasasti tersebut ditemukan, dan dengan cepat menemukan struktur candi Pallava lain.
Mereka juga menemukan banyak koin serta item yang digunakan dalam upacara keagamaan Hindu kuno. Saat penggalian candi era Pallava ini, para arkeolog juga menemukan fondasi era Tamil Sangam, berusia sekitar 2000 tahun.
Kebanyakan arkeolog yang bekerja di situs percaya bahwa tsunami pernah melanda daerah ini kira-kira antara periode Tamil Sangam dan Pallava sehingga menghancurkan kuil-kuil tua.
ASI secara tidak sengaja juga menemukan struktur yang jauh lebih tua di situs ini. Sebuah struktur bata kecil, yang sebelumnya tertutup oleh pasir, muncul di pantai setelah tsunami terjadi. Para arkeolog meneliti struktur itu, dan diketahui struktur itu berasal dari periode Tamil Sangam. Meskipun struktur ini tidak cocok dengan legenda tradisional, namun ini menambahkan intrik dan kemungkinan sejarah yang belum tereksplorasi di situs itu.
Pendapat di kalangan arkeolog saat ini adalah bahwa tsunami lain pernah menghancurkan kuil Pallava di abad ke-13. Ilmuwan ASI, G. Thirumoorthy mengatakan kepada BBC bahwa bukti fisik dari tsunami abad ke-13 dapat ditemukan di hampir sepanjang East Coast India.
Apakah pencarian "Seven Pagodas" sudah terjawabkan? Kita tunggu saja hasil penelitian dari para arkeolog selanjutnya. Untuk sementara misteri masih menunggu jawaban.
0 Comments