Batu bacan berwarna coklat ada corak hijau tersebut ditemukan oleh warga di Desa Palamea, Pulau Kasiruta. Batu itu dibawa ke komplek Kesultanan Bacan yang terletak di Labuha, April 2015.
"Baru tiga hari yang lalu dibawa dari Desa Palamea ke Labuha. Warga menemukan, kemudian diangkut menggunakan long boat. Ditemukan belum sampai 1 tahun," ujar Muhammad Syakir, wakil bendahara Kesultanan Bacan, saat ditemui Tribunnews.com di lokasi, Minggu (26/4/2015).
Kesultanan Bacan tetap eksis sampai sekarang, meskipun secara administratif daerah Kabupaten Halmahera Selatan dipimpin oleh seorang bupati. Saat ini, Kesultanan Bacan dipimpin Sultan Bacan ke-21, yaitu Alhajj Muhammad Gary Ridwan Sjah (43 tahun).
Menurut Muhammad Syakir, Sultan Bacan mendukung kebijakan pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan ataupun Maluku Utara. Dalam hal ini, pihak kesultanan selalu berkoordinasi dengan pemerintah.
"Kita prinsip program pemerintah kita dukung. Pemerintah selama ini komunikatif dan memang sangat sinergi," ujarnya.
Ke depan, komplek Keraton Bima Kesultanan Bacan tersebut akan dijadikan museum. Ini dilakukan sebagai salah satu tempat wisata di Pulau Bacan.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Halmahera Selatan, Muhammad Kasuba, mengatakan batu bacan seberat 1,5 ton tersebut akan dijadikan monumen.
Ini sebagai pertanda bahwa batu bacan yang berasal dari pulau itu dan sudah mendunia tersebut berasal dari pulau di wilayah Indonesia Timur.
"Itu mungkin akan dijadikan monumen. Kita simpan menjadi kenang-kenangan dalam puluhan tahun ke depan. Ini kita harap menjadi ikon dan simbol batu ada di sini dan itu bisa ditunjukkan batu tidak bisa diklaim di mana-mana punya bacan," kata dia.(sumber)
0 Comments